Aku Ribut dengan Ibu Sendiri -->

Follow Us

Aku Ribut dengan Ibu Sendiri

Selasa, 11 Februari 2020, 08.51
Pagi ini saya membaca pesan dari ibu saya, saat mata saya baru saja terbuka setelah tidur semalaman
Saya yang merasa aneh dengan kata2nya, hanya membalas dengan tanda tanya, lalu memblokir kontaknya. Kami serumah. Kami tida bertegur sapa.
Walau tidak selalu bangun pagi, saya selalu merapikan rumah, menjemur, menyuci, bahkan menggosok baju sebelum berangkat kuliah. Walau tidak nyapu ngepel karna sudah dikerjakan. Saya merasa sakit hati sekali ibu saya bicara seperti itu.

Kenapa ibu saya bicara seperti itu? Tentu semua ada sebab dan akibatnya. Seperti di dalam chat itu, "kasihan …." Titik2 disitu adalah kakek saya. Selama ini yang mengerjakan, merapikan rumah adalah kakek saya. Kemarin, saat saya sedang UAS di kampus, saya dapat kabar kalau kakek saya jatuh sakit dan pingsan karena gulanya rendah, mungkin faktor kecapean juga. Saya tidak terlalu membantu jika masa-masa ujian. Saya hanya fokus belajar. Lalu, ibu saya dapat kabar seperti itu dan menyalahkan saya dengan bilang tidak membantu. Makanya saya kirim tanda tanya. Apa saya salah?
Kemarin, saya sudah menduga kalau saya akan disalahkan lagi, karna biasanya memang seperti itu. Setiap kali kakek saya jatuh sakit. Seisi rumah menyalahkan saya.
Saya sudah pernah merasakan mencari uang dengan bekerja, walau hanya 6 bulan. Saya bekerja 3 shift. Shift pagi masuk jam 6 pagi selesai jam 2, sampai rumah jam 3, setelah solat ashar saya bebenah nyapu ngepel dan nyetrika. Shift siang masuk jam 2 siang, saya bangun pagi dan selalu bebenah nyapu, ngepel, nganter adik sekolah, ngurus persiapannya sebelum sekolah, membuat sarapan. Ketika shift malam, masuk jam 10 sampai jam 6 pagi, tiba dirumah jam 7/8. Itupun saya tidak langsung tidur, saya masih harus bebenah, mencuci baju dan menjemur, jam 11 siang baru saya bisa tidur hingga maghrib.

Jika ingin membandingkan bisa saja. Karna, saya selalu punya fikiran seperti ini. Saya bertanggung jawab atas rumah dan waktu saya bekerja. Tidak seperti ibu saya yang tergila-gila akan dunia kerja dan uang. Saya mencoba merasa ikhlas. Kenapa saya bekerja hanya 6 bulan? Selama saya bekerja, uang gaji saya hanya 4juta (sudah tunjungan, dll). Uang gaji saya habis untuk membayar angsuran mobil, yang katanya itu hadiah kelulusan sekolah saya. Nyatanya, saya juga yg bayar. Bayar mobil 2,8juta setiap bulan. Oiya, karna orang tua saya telah cerai sejak saya kecil. Ketika gajian, saya juga memberikan pada bapak saya, walau tidak besar kadang berbentuk uang atau belanjaan bulanan. Kira2 400rb untuk bapak saya. Sisanya? Saya bayar listrik yang nyaris 400rb. Dan sisanya lagi untuk saya. Mobil? Apa pernah saya minta dibelikan? Tidak.
Orang tua ketika capek dan punya masalah di tempat kerja selalu ngomel tanpa tau tempat. Menyalahkan keadaan, mencari2 kesalahan orang lain dirumah, menyalahkan anak2nya. Kalau nanti saya akan seperti itu juga, yang selalu menyalahkan orang lain, menyalahkan anak2 saya. Lebih baik saya tidak punya anak. Karena, saya saja merasa sakit hati disalah2kan.
'jadiin pelajaran hidup. Jadi bisa lebih bijak dalam rumah tanggal nanti.' ngomong aja sih gampang, nyatanya? Masih banyak orang tua yang nyalahin anaknya.

Contoh saja ibu saya sendiri, saya diceritakan oleh nenek saya. Masa mudanya, ibu saya hanya belajar saja sepanjang hidupnya. Tinggal di asrama, yang ibu saya sendiri tidak tau kalau saat itu, keuangan orang tua ibu saya sedang merosot. Ibu saya tidak mau tau, dia hanya bisa meminta uang. Sekarang, ibu saya sudah sukses, nenek saya masih menyalahkan.. membandingkan.. karna tidak setimpal apa yang sudah diberikan orang tua pada ibu saya.

Saya merasa, semua akan seperti itu. Seperti apa perlakuan saya ke orang tua, mungkin nanti saya juga merasakan perlakuan anak saya. Tapi kalau banyak negatifnya, saya lebih memilih tidak punya anak.

Terima kasih sudah mau baca cerita saya ini. Saya butuh pencerahan.. supaya merasa lebih bersyukur

TerPopuler